Kamis, 08 November 2012

IMUNISASI DPT


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Program pembangunan kesehatan di indonesia dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2005 – 2009, mempunyai visi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehatdimana salah satu target nya adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita (Fadilahdiakses dari www.Depkes.go.id.2005). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 Angka Kematian Bayi (AKB) baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1000 kelahiran hidup. Departemen Kesehatan menargetkan pada tahun 2010 angka kematian bayi baru lahir menjadi 15 persen 1000 kelahiran hidup (www.Depkes.go.id.November  2004).
Departemen kesehatan menargetkan pengurangan angka kematian bayi. Angka kematian bayi berkurang dari 248 menjadi 206 per 1000 kelahiran hidup yang di capai pada tahun 2009. Sementara angka harapan hidup berkisar rata – rata 70,6 per tahun (Grehenson:diakses dari Protal,UGM. 2007).Pencegahan nya antara lain dengan kegiatan imunisasi pada bayi harus di tingkatkan dan dipertahankan atau ditingkatkan cakupannya. Sehingga mencapai Universal Child Imunization (UCI), sampaidi tingkat desa merupakan modal awal untuk sehat. Tanpa imunisasi kira – kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak. 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit batuk rejan. 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio. Imunisasi akan dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit – penyakit tertentu.Walau pun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia dimasyarakat, tetapi tidak semua bayi telah di bawah untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap. Bila mana fasilitas pelayanan Kesehatan tidak dapat memberikan imunisasi dengan perkembangan tertentu.
Program imunisasi merupakan cara yang penting untuk melindungi anak. Tapi ini bukan jalan satu –satunya. Imunisasi harus di berikan dengan bijaksana (Biddulph, 398:1999)Penyakit yang Dapat di Cegah dengan Imunisasi(PD3I) seperti TBC, Dipteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, Hepatitis b, merupakansalah satu penyebab kematian anak di negara – negara berkembang termasuk indonesia. Diperkirakan 1,7 juta kematian anak,5% pada balita di Indonesiaadalah PD3I (Profil Kesehatan, DepkesSumbar 2005).Agar target nasional dan global untuk mencapai eradikasi, eliminasi, harus di petahankan tinggi dan merata sampai mencapai tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi. Kegagalan untuk menjagatingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I. Program nasionalimunisasi anak ini menargetkan peningkatan cakupan imunisasi di Indonesiamenjadi 80,5% yang di ukur melalui peningkatan imunisasi Dpt dan Campak pada bayi dan anak. Tujuan penyelengaraan peningkatan angka cakupan imunisasi membangun komitmen yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan terhadap program peningkatan cakupan imunisasi. Lebih memasyarakatkan program peningkatan cakupan imunisasi sebagai salah satu program peningkatan kesehatan masyarakat lebih meluas dalam rangka pencapaian visi masyarakat yang mandiriuntuk hidup sehat, dimana salah satu target nya untuk menurun kan angka kematian bayi (ProfilKesehatan, DepkesSumbar 2005). Dalam kegitan imunisasi yang dipakai sebagaiindikator imunisasi lengkap adalah imunisasi campak berdasarkan laporan yang diterima cakupan imunisasi campak rata – rata telah melebihi target yang ditetapkan. Sehingga target Universal Child Imunization (UCI) pada tingkat kabupaten dan kotamasihdapat dipertahankan. Secara keseluruhan Propinsi Sumatera Barat cakupanimunisasi adalah sebesar 91,84%. Untuk jangkauan imunisasi suatu wilayahdikatakan baik adalah apabila cakupan Dpt1 telah mencapai cakupan minimal 90 %. Dengan demikian Propinsi Sumatera Barat secara keseluruhan telah melebihi tagetminimal namun perhatian khusus harus dilakukan.Diperkirakan jumlah bayi yang menjadi sasaranimunisasi sebanyak 97,177 bayi. Cakupan imunisasi Dpt1 telah melebihi daritarget. Yang telah yaitu sebesar 90%. Sedangkan bayi yang telah di imunisasi Dpt1 sebanyak 99,76% (Depkes Sumbar 2001).

B.  Tujuan Penulisan
Untuk menjelaskan tentang :
1.      Pengertian DPT
2.      Tujuan dari imunisasi DPT
3.      Waktu Pemberian imunisasi DPT
4.      Cara Pemberian imunisasi DPT
  1. Alat dan Bahan imunisasi DPT
  2. Prosedur kerja imunisasi DPT
7.      Efek samping imunisasi DPT
8.      Kontraindikasi imunisasi DPT
C.  Sistimatika Penulisan
Makalah ini berjudul Hipoparatiroidisme yang terdiri dari 4 bab dan beberapa sub bab, yakni :
Bab I   :    Pendahuluan, terdiri dari sub bab Latar Belakang, Tujuan  Penulisan, dan Sistimatika Penulisan.
 BabII  :          Tinjauan pustaka, yang menjelaskan tentang Pengertian imunisasi, Imunisasi aktif dan imunisasi pasif,  Manfaat imunisasi, Cara pemberian imunisasi, Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Bab III  :       Pembahasan, yang menjelaskan, Pengertian DPT, Tujuan imunisasi DPT, Waktu pemberian imunisasi DPT, Cara pemberian imunisasi DPT, Alat dan bahan imunisasi DPT, Prosedur kerja imunisasi DPT, Efek samping imunisasi DPT, Kontraindikasi imunisasi DPT
Bab IV  :      Penutup, terdiri dari sub bab Kesimpulan dan Saran.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Vaksin ialah suatu bahan yang terbuat dari kuman atau racunnya yang telah dilemahkan atau dimatikan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh anak untuk membuat antibody.

B.       Imunisasi aktif dan Imunisasi Pasif
Ada 2 jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Berikut ini akan diuraikan arti dan perbedaan kedua jenis imunisasi tersebut.
Berbagai jenis vaksin yang dikemukakan di atas bila diberikan pada anak anda merupakan contoh pemberian imunisasi aktif. Dalam hal ini tubuh anak akan membuat sendiri zat anti setelah suatu rangsangan antigen dari luar tubuh, misalnya rangsangan virus yang telah dilemahkan pada imunisasi polio atau imunisasi campak. Setelah rangsangan ini kadar anti dalam tubuh anak akan meningkat, sehingga anak menjadi imun atau kebal. Jelaslah bahwa pada imunisasi aktif, tubuh anak sendiri secara aktif akan menghasilkan zat anti setelah adanya rangsangan vaksin dari luar tubuh.
Berlainan halnya dengan imunisasi pasif. Dalam hal ini imunisasi dilakukan dengan penyuntikan sejumlah zat anti, sehingga kadarnya dalam darah akan meningkat. Zat anti yang disuntikkan tadi biasanya telah dipersiapkan pembuatannya di luar tubuh anak, misalnya zat anti yang terdapat dalam serum kuda yang telah dimurnikan. Jadi pada imunisasi pasif, kadar zat anti yang meningkat dalam tubuh anak itu bukan sebagai hasil produksi tubuh anak sendiri, tetapi secara pasif diperoleh karena suntikan atau pemberian dari luar tubuh. Contoh imunisasi pasif ialah pemberian ATS (Anti Tetanus Serum) pada anak yang mendapat luka kecelakaan. Serum anti tetanus ini diperoleh dari darah kuda yang mengandung banyak zat anti tetanus. Contoh imunisasi pasif lain terjadi pada bayi baru lahir. Bayi itu menerima berbagai jenis zat anti dari ibunya melalui darah uri (plasenta), misalnya zat anti terhadap penyakit campak ketika bayi masih dalam kandungan ibu.
Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif ialah:
1.     Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus meningkat; pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk membuat zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.
2.     Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun), sedangkan pada imunisasi pasif hanya berlangsung untuk 1 – 2 bulan.
3.     Imunisasi aktif: tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun.
4.     Imunisasi pasif: tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti. Si anak mendapatnya dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat anti.
5.     Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
Pemberian imunisasi pada anak biasanya dikerjakan dengan cara imunisasi aktif, karena imunisasi aktif akan memberi kekebalan yang lebih lama. Imunisasi pasif diberikan hanya dalam keadaan yang sangat mendesak, yaitu bila diduga tubuh akan belum mempunyai kekebalan ketika terinfeksi oleh kuman penyakit yang ganas.
Kadang-kadang imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi kuman tetanus, maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat dilakukan. Saat itu belum pernah mendapat imunisasi tetanus, karena itu ia diberi imunisasi pasif dengan penyuntikan serum anti tetanus. Untuk memperoleh kekebalan yang langgeng, saat itu juga sebaiknya mulai diberikan imunisasi aktif berupa penyuntikan toksoid tetanus. Kekebalan pasif yang diperoleh dengan penyuntikan serum anti tetanus hanya berlangsung selama 1 – 2 bulan.
Secara alamiah imunisasi aktif mungkin terjadi, sehingga tanpa disadari sebenarnya tubuh si anak telah menjadi kebal. Keadaan demikian pada umumnya hanya terjadi pada penyakit yang tergolong ringan, tetapi jarang sekali pada penyakit yang berat. Misalnya penyakit tifus, yang pada anak tidak tergolong penyakit berat. Tanpa disadari seorang anak dapat menjadi kebal terhadap penyakit tifus secara alamiah. Mungkin ia telah mendapat kuman tifus tersebut dalam jumlah yang sangat sedikit, misalnya dari makanan yang kurang bersih, jajan dan sebagainya. Akan tetapi kekebalan yang diperoleh secara alamiah ini sukar diramalkan, karena seandainya jumlah kuman tifus yang masuk dalam tubuh itu cukup banyak, maka penting pula untuk diperhatikan bahwa jaminan imunisasi terhadap tertundanya anjak dari suatu penyakit, tidaklah mutlak 100%. Dengan demikian mungkin saja anak anda terjangkit difteria, meskipun ia telah mendapat imunisasi difteria. Akan tetapi penyakit difteria yang diderita oleh anak anda yang telah mendapat imunisasi akan berlangsung sangat ringan dan tidak membahayakan jiwanya. Namun demikian tetap dianjurkan: “Meskipun bayi/anak anda telah mendapat imunisasi, hindarkanlah ia dari hubungan dengan anak lain yang sedang sakit”.
C.       Manfaat Imunisasi
1.    Manfaat untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
2.    Manfaat untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anak-anak akan menjalani masa anak-anak dengan aman.
3.    Manfaat untuk negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal sehat untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa Indonesia diantara segenap bangsa di dunia.
D.      Cara pemberian imunisasi
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu uumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.
E.       Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
1.    Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheria. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan.
2.    Pertusis
Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis. Penyebarab pertusis adalah melalui percikan ludah yang keluar dari batuk atau bersin. Komplikasi pertusis adalah pneumonia yang dapat menyebabkan kematian.
3.    Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin.penyakit ini tidak menyebar dari orang keorang tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam.
4.    Tuberculosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa. Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk. Tuberculosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.
5.    Campak
Adalah penyakit yang disebabkan virus myxovirus viridae measles. Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga pneumonia.
6.    Poliomyelitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3. Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia yang terkontaminasi.
7.    Hepatitis B
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penularan penyakit adalah secara horizontal yaitu dari darah dan produknya melalui suntikan yang tidak aman melalui tranfusi darah dan melalui hubungan seksual. Sedangkan penularan secara vertical yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan.
BAB III
PEMBAHASAN

A.      Pengertian imunisasi DPT
Imunisasi DPT suatu kombinasi vaksin penangkal difteri, pertusis,dan tetanus. Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
1. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Difteri disebabkan oleh C. diphteriae,sering timbul di negara dengankeadaan kesehatan lingkungan tidak baik; jarang timbul di negara-negara industri. Dalam tahun 1983 dilaporkan46.800kasusdi 160 negara, kira-kira10%diantaranya meninggal dunia. Penderita dapat menulari orang lain melalui kontak  perorangan setelah sakit selama 4 minggu atau lebih. Gejala meliputi demam, tak enak badan dan sakit tenggorokan. Basil difteri di tenggorokan mengeluarkantoksin yang dapat berakibat fatal bagi jantung dan susunan saraf. Imunisasi lengkap DPT pada bayi di dunia, mencapai ± 47%.
2. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Pertusis disebabkan oleh B. pertussis. Diperkirakan kasus pertusissejumlah 51 juta dengan kematian lebih dari 600;000 orang; namun hanya 1,1 juta penderita dilaporkan dari 163 negara dalam tahun 1983. Hampir 80% anak-anak yang tidak diimunisasi menderita sakit pertusis sebelum umur 5 tahun. Kematiankarena pertusis, 50% terjadi pada bayi (umur < 1 tahun). Pertusis ditularkan melalui kontak dari orang ke orang, dan penderita dapat menularkan penyakitsejak timbulnya gejala awal. Masa inkubasi penyakit 6 – 12 hari. Gejala awal pertusis menyerupai influensa, yakni pilek, bersin-bersin, batuk dan demam (stadiumcatarrhalis) kemudian diikuti stadium spasmodic dan konvalesen.
3. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Tetanus neonatorum disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alatyang tak steril, atau menutupinya dengan bahan-bahan seperti abu, lumpur sehingga terinfeksi dengan bakteri tetanus. Kasus tetanus di dunia diperkirakan 30 mengenai 800.000 bayi yang baru lahir setiap tahun. Pada tahun 1983 dilaporkan10.000 tetanus neonatorum dari 74 negara. Hampir 100% bayi yang menderitatetanus neonatorum, meninggal dunia. Penyakit tetanus ditandai dengan kejang-kejang yang berkembang ke seluruh tubuh. Saat ini hanya ± 14% ibu hamil didunia ini yang mendapatkan imunisasi TT dua dosis. Bayi yang dilahirkan olehibu yang telah mendapatkan vaksinasi tetanus toxoid (IT) pada waktu hamil, akanmendapatkan kekebalan selama 12 minggu dari sejak ia dilahirkan.
B.   Tujuan imunisasi DPT
1. Mencegah penyakit difteri
Difteri adalah penyakit yang bermula dari infeksi pada hal ini terkadang nyaris tanpa disertai radang tenggorokan yang menyebabkan saluran pernapasan tersumbat, kerusakan jantung dan kematian. Serta bisa menyebabkan infeksi paru-paru dan kerusakan otak .
2. Mencegah terjadinya pertusis
Penyakit batuk biasanya banyak terjadi pada anak balita. Penyebab penyakit ini adalah kuman Haemophylus pertusis. Kuman ini biasanya berada di saluran pernafasan. Bila anak-anak dalam keadaan daya tahan tubuhnya melemah, maka kuman tersebut mudah sekali menyerang dan menimbulkan penyakit. Penularannya melalui cairan yang keluar dari hidung yang tersembur keluar waktu batuk atau bersin. Perawatan dan pencegahan penyakit ini tidak terlalu sulit. Bila anak tidak begitu menderita dan cuaca cukup baik, boleh ia dibawa keluar agar dapat menghirup udara segar dan bersih. Makanan sebaiknya diberikan yang ringan-ringan dan cukup bergizi. Pencegahan penyakit ini dengan imunisasi DPT .
3. Mencegah Tetanus
Tetanus adalah manifestasi sistemik tetanus disebabkan oleh absorbsi eksotoksin sangat kuat yang dilepaskan oleh clostridiumtetani pada masa pertumbuhan aktif dalam tubuh manusia. Penyebab penyakit ini adalah clostridiumtetani yang hidup anaerob, berbentuk spora selama di luar tubuh manusia, tersebar luas di tanah dan mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik. Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan tetanosporasmin yaitu toksinyang neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot.

C.       Waktu Pemberian imunisasi DPT
Booster pertama biasanya diberikan pada umur sekitar 2 sampai 11 bulan dan yang selanjutnya diberikan pada usia sekitar 4-5 tahun (Alimul, 2003 :72). Imunisasi dasar vaksin DPT diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3 kali (DPT I, II dan III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi DPT III, kemudian saat masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Menurut program dilanjutkan dengan TT dikelas 2 dan 3 SD.

D.      Cara Pemberian imunisasi DPT
Imunisasi DPT diberikan dengan cara injeksi intra muskuler (IM) pada paha sebanyak 0,5 ml. Pemberian dilakukan 3 kali dengan interval 4 minggu.

E.       Alat dan Bahan imunisasi DPT
1.      Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2.      Vaksin DPT dan pelarutnya dalam termos es
3.      Kapas alkohol
4.      Sarung tangan

F.        Prosedur kerja imunisasi DPT
1.    Cuci tangan
2.    Gunakan sarung tangan
3.    Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4.    Ambil vaksin DPT dengan spuit sesuai dengan program /anjuran, yaitu 0,5 ml
5.    Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi, meyangga kepala bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan bayi melingkar ke belakang tubuh ibu dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat).
6.    Lakukan desinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luar yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol
7.    Regangkan daerah yang akan diinjeksi
8.    Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuskular di daerah femur
9.    Lepaskan sarung tangan
10.   Cuci tangan
11.   Catat reaksi yang terjadi
G.      Efek samping imunisasi DPT
1.       Panas
Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 – 2 hari. Anjurkan agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap dengan air yang dicelupkan ke air hangat.
2.       Rasa sakit di daerah suntikan
Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.
3.       Peradangan
Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril karena:
a.     Telah tersentuh,
b.     Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak steril,
c.     Sterilisasi kurang lama,
d.     Pencemaran oleh kuman.
H.      Kontraindikasi imunisasi DPT
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah, pernah menderita kejang atau pada penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imunologik). Sakit batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan kontraindikasi yang mutlak. Dokter akan mempertimbangkan pemberian imunisasi, seandainya anak anda sedang menderita sakit ringan.










BAB IV
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Imunisasi DPT suatu kombinasi vaksin penangkal difteri, pertusis,dan tetanus. Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi dasar vaksin DPT diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3 kali (DPT I, II dan III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT diberikan dengan cara injeksi intra muskuler (IM) pada paha sebanyak 0,5 ml. Pemberian dilakukan 3 kali dengan interval 4 minggu. Efek samping imunisasi DPT yaitu panas, rasa sakit di daerah suntikan, dan peradangan.

B.       SARAN
Agar orang tua khususx para ibu ikut berperan serta dalam memberikan imunisasi kepada anaknya dengan cara membawa anaknya mengikuti setiap imunisasi yang diadakan diposyadu dan menjelaskan penting nya imunisasi dilakukan dengan tujuan memberikan kekebalan dan mencegah suatu penyakit tertentu  mulai dari imunisasi Hepatitis, BCG, DPT, Polio dan Campak.









DAFTAR PUSTAKA
1.        Hidayat, aziz Alimul A. 2008. Buku Saku Praktikum Anak. Jakarta : EGC
2.        http://www.artikelkedokteran.com/540/pengertian-dasar-imunisasi.html.  Diakses pada tanggal 21 Maret 2012
3.        http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2dpt.pdf. Diakses pada tanggal 21 Maret 2012
4.        http://www.bayisehat.com/immunization-mainmenu-36/357-imunisasi-pada-anak-i.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2012
5.        http://www.smallcrab.com/anak-anak/713-efek-samping-imunisasi. Diakses pada tanggal 21 Maret 2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar