BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Program pembangunan kesehatan
di indonesia dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2005 – 2009,
mempunyai visi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehatdimana salah satu
target nya adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita (Fadilahdiakses
dari www.Depkes.go.id.2005). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2002/2003 Angka Kematian Bayi (AKB) baru lahir (neonatal) masih berada
pada kisaran 20 per 1000 kelahiran hidup. Departemen Kesehatan menargetkan pada
tahun 2010 angka kematian bayi baru lahir menjadi 15 persen 1000 kelahiran
hidup (www.Depkes.go.id.November 2004).
Departemen kesehatan menargetkan
pengurangan angka kematian bayi. Angka kematian bayi berkurang dari 248 menjadi
206 per 1000 kelahiran hidup yang di capai pada tahun 2009. Sementara
angka harapan hidup berkisar rata – rata 70,6 per tahun (Grehenson:diakses
dari Protal,UGM. 2007).Pencegahan nya antara lain dengan kegiatan imunisasi
pada bayi harus di tingkatkan dan dipertahankan atau ditingkatkan cakupannya.
Sehingga mencapai Universal Child Imunization (UCI), sampaidi tingkat desa
merupakan modal awal untuk sehat. Tanpa imunisasi kira – kira 3 dari 100 kelahiran
anak akan meninggal karena penyakit campak. 2 dari 100 kelahiran anak akan
meninggal karena penyakit batuk rejan. 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal
karena penyakit tetanus. Dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita
penyakit polio. Imunisasi akan dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan
melindungi anak terhadap penyakit – penyakit tertentu.Walau pun pada saat
ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia dimasyarakat, tetapi
tidak semua bayi telah di bawah untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap. Bila
mana fasilitas pelayanan Kesehatan tidak dapat memberikan imunisasi dengan
perkembangan tertentu.
Program imunisasi merupakan cara
yang penting untuk melindungi anak. Tapi ini bukan jalan satu –satunya.
Imunisasi harus di berikan dengan bijaksana (Biddulph, 398:1999)Penyakit
yang Dapat di Cegah dengan Imunisasi(PD3I) seperti TBC, Dipteri, Pertusis,
Campak, Tetanus, Polio, Hepatitis b, merupakansalah satu penyebab kematian anak
di negara – negara berkembang termasuk indonesia. Diperkirakan 1,7 juta
kematian anak,5% pada balita di Indonesiaadalah PD3I (Profil Kesehatan,
DepkesSumbar 2005).Agar target nasional dan global untuk mencapai
eradikasi, eliminasi, harus di petahankan tinggi dan merata sampai mencapai
tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi. Kegagalan untuk menjagatingkat
cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) PD3I. Program nasionalimunisasi anak ini menargetkan peningkatan cakupan
imunisasi di Indonesiamenjadi 80,5% yang di ukur melalui peningkatan imunisasi
Dpt dan Campak pada bayi dan anak. Tujuan penyelengaraan peningkatan angka
cakupan imunisasi membangun komitmen yang kuat dari berbagai pemangku
kepentingan terhadap program peningkatan cakupan imunisasi. Lebih
memasyarakatkan program peningkatan cakupan imunisasi sebagai salah satu
program peningkatan kesehatan masyarakat lebih meluas dalam rangka pencapaian
visi masyarakat yang mandiriuntuk hidup sehat, dimana salah satu target nya
untuk menurun kan angka kematian bayi (ProfilKesehatan, DepkesSumbar 2005). Dalam
kegitan imunisasi yang dipakai sebagaiindikator imunisasi lengkap adalah
imunisasi campak berdasarkan laporan yang diterima cakupan imunisasi campak
rata – rata telah melebihi target yang ditetapkan. Sehingga target Universal
Child Imunization (UCI) pada tingkat kabupaten dan kotamasihdapat dipertahankan.
Secara keseluruhan Propinsi Sumatera Barat cakupanimunisasi adalah sebesar
91,84%. Untuk jangkauan imunisasi suatu wilayahdikatakan baik adalah apabila
cakupan Dpt1 telah mencapai cakupan minimal 90 %. Dengan demikian Propinsi
Sumatera Barat secara keseluruhan telah melebihi tagetminimal namun perhatian
khusus harus dilakukan.Diperkirakan jumlah bayi yang menjadi sasaranimunisasi
sebanyak 97,177 bayi. Cakupan imunisasi Dpt1 telah melebihi daritarget. Yang
telah yaitu sebesar 90%. Sedangkan bayi yang telah di imunisasi Dpt1 sebanyak
99,76% (Depkes Sumbar 2001).
B. Tujuan
Penulisan
Untuk menjelaskan tentang :
1.
Pengertian DPT
2.
Tujuan dari imunisasi DPT
3.
Waktu
Pemberian imunisasi DPT
4.
Cara Pemberian
imunisasi DPT
- Alat dan
Bahan imunisasi DPT
- Prosedur
kerja imunisasi DPT
7. Efek samping imunisasi DPT
8.
Kontraindikasi imunisasi DPT
C. Sistimatika Penulisan
Makalah
ini berjudul Hipoparatiroidisme yang terdiri dari 4 bab dan beberapa sub bab, yakni :
Bab I : Pendahuluan,
terdiri dari sub bab Latar Belakang, Tujuan Penulisan,
dan Sistimatika
Penulisan.
BabII : Tinjauan pustaka, yang menjelaskan tentang Pengertian
imunisasi, Imunisasi aktif dan imunisasi pasif,
Manfaat imunisasi, Cara pemberian imunisasi, Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I).
Bab III : Pembahasan, yang menjelaskan, Pengertian
DPT, Tujuan
imunisasi DPT, Waktu pemberian imunisasi DPT, Cara pemberian imunisasi DPT,
Alat dan bahan imunisasi DPT, Prosedur kerja imunisasi DPT, Efek samping
imunisasi DPT, Kontraindikasi imunisasi DPT
Bab
IV : Penutup, terdiri dari sub bab Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
imunisasi
Imunisasi
adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah
atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Vaksin ialah suatu bahan yang
terbuat dari kuman atau racunnya yang telah dilemahkan atau dimatikan.
Pemberian vaksin akan merangsang tubuh anak untuk membuat antibody.
B. Imunisasi
aktif dan Imunisasi Pasif
Ada 2 jenis
imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Berikut ini akan
diuraikan arti dan perbedaan kedua jenis imunisasi tersebut.
Berbagai
jenis vaksin yang dikemukakan di atas bila diberikan pada anak anda merupakan
contoh pemberian imunisasi aktif. Dalam hal ini tubuh anak akan membuat sendiri
zat anti setelah suatu rangsangan antigen dari luar tubuh, misalnya rangsangan
virus yang telah dilemahkan pada imunisasi polio atau imunisasi campak. Setelah
rangsangan ini kadar anti dalam tubuh anak akan meningkat, sehingga anak
menjadi imun atau kebal. Jelaslah bahwa pada imunisasi aktif, tubuh anak
sendiri secara aktif akan menghasilkan zat anti setelah adanya rangsangan
vaksin dari luar tubuh.
Berlainan
halnya dengan imunisasi pasif. Dalam hal ini imunisasi dilakukan dengan
penyuntikan sejumlah zat anti, sehingga kadarnya dalam darah akan meningkat.
Zat anti yang disuntikkan tadi biasanya telah dipersiapkan pembuatannya di luar
tubuh anak, misalnya zat anti yang terdapat dalam serum kuda yang telah
dimurnikan. Jadi pada imunisasi pasif, kadar zat anti yang meningkat dalam
tubuh anak itu bukan sebagai hasil produksi tubuh anak sendiri, tetapi secara
pasif diperoleh karena suntikan atau pemberian dari luar tubuh. Contoh imunisasi
pasif ialah pemberian ATS (Anti Tetanus Serum) pada anak yang mendapat luka
kecelakaan. Serum anti tetanus ini diperoleh dari darah kuda yang mengandung
banyak zat anti tetanus. Contoh imunisasi pasif lain terjadi pada bayi baru
lahir. Bayi itu menerima berbagai jenis zat anti dari ibunya melalui darah uri
(plasenta), misalnya zat anti terhadap penyakit campak ketika bayi masih dalam
kandungan ibu.
Perbedaan yang penting antara jenis
imunisasi aktif dan imunisasi pasif ialah:
1.
Untuk
memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus meningkat;
pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk membuat zat
anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.
2.
Kekebalan yang
terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun), sedangkan pada
imunisasi pasif hanya berlangsung untuk 1 – 2 bulan.
3.
Imunisasi
aktif: tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama
bertahun-tahun.
4.
Imunisasi
pasif: tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti. Si anak mendapatnya dari luar
tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat anti.
5.
Kekebalan yang
diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
Pemberian
imunisasi pada anak biasanya dikerjakan dengan cara imunisasi aktif, karena
imunisasi aktif akan memberi kekebalan yang lebih lama. Imunisasi pasif
diberikan hanya dalam keadaan yang sangat mendesak, yaitu bila diduga tubuh
akan belum mempunyai kekebalan ketika terinfeksi oleh kuman penyakit yang
ganas.
Kadang-kadang
imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada
penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi kuman
tetanus, maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat dilakukan.
Saat itu belum pernah mendapat imunisasi tetanus, karena itu ia diberi
imunisasi pasif dengan penyuntikan serum anti tetanus. Untuk memperoleh
kekebalan yang langgeng, saat itu juga sebaiknya mulai diberikan imunisasi
aktif berupa penyuntikan toksoid tetanus. Kekebalan pasif yang diperoleh dengan
penyuntikan serum anti tetanus hanya berlangsung selama 1 – 2 bulan.
Secara
alamiah imunisasi aktif mungkin terjadi, sehingga tanpa disadari sebenarnya
tubuh si anak telah menjadi kebal. Keadaan demikian pada umumnya hanya terjadi
pada penyakit yang tergolong ringan, tetapi jarang sekali pada penyakit yang
berat. Misalnya penyakit tifus, yang pada anak tidak tergolong penyakit berat.
Tanpa disadari seorang anak dapat menjadi kebal terhadap penyakit tifus secara
alamiah. Mungkin ia telah mendapat kuman tifus tersebut dalam jumlah yang
sangat sedikit, misalnya dari makanan yang kurang bersih, jajan dan sebagainya.
Akan tetapi kekebalan yang diperoleh secara alamiah ini sukar diramalkan,
karena seandainya jumlah kuman tifus yang masuk dalam tubuh itu cukup banyak,
maka penting pula untuk diperhatikan bahwa jaminan imunisasi terhadap
tertundanya anjak dari suatu penyakit, tidaklah mutlak 100%. Dengan demikian
mungkin saja anak anda terjangkit difteria, meskipun ia telah mendapat
imunisasi difteria. Akan tetapi penyakit difteria yang diderita oleh anak anda
yang telah mendapat imunisasi akan berlangsung sangat ringan dan tidak
membahayakan jiwanya. Namun demikian tetap dianjurkan: “Meskipun bayi/anak anda
telah mendapat imunisasi, hindarkanlah ia dari hubungan dengan anak lain yang sedang
sakit”.
C.
Manfaat Imunisasi
1.
Manfaat untuk anak
Mencegah
penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
2.
Manfaat untuk keluarga
Menghilangkan
kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila
si orang tua yakin bahwa anak-anak akan menjalani masa anak-anak dengan aman.
3. Manfaat untuk negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal sehat untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki
citra bangsa Indonesia diantara segenap bangsa di dunia.
D.
Cara
pemberian imunisasi
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan
dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada
seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk
ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut
dengan membantuk antibodi. Antibodi itu uumnya bisa terus ada di dalam tubuh
orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.
E.
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
1.
Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri corynebacterium diphtheria.
Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan.
2.
Pertusis
Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari
adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis. Penyebarab pertusis
adalah melalui percikan ludah yang keluar dari batuk atau bersin. Komplikasi
pertusis adalah pneumonia yang dapat menyebabkan kematian.
3.
Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh clostridium tetani yang menghasilkan
neurotoksin.penyakit ini tidak menyebar dari orang keorang tetapi melalui
kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam.
4.
Tuberculosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa. Penyakit ini
menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk. Tuberculosis dapat
menyebabkan kelemahan dan kematian.
5.
Campak
Adalah penyakit yang disebabkan virus myxovirus viridae measles. Disebarkan
melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita.
Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga pneumonia.
6.
Poliomyelitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio
tipe 1, 2, atau 3. Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia yang
terkontaminasi.
7.
Hepatitis B
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah yang
disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penularan penyakit adalah
secara horizontal yaitu dari darah dan produknya melalui suntikan yang tidak
aman melalui tranfusi darah dan melalui hubungan seksual. Sedangkan penularan
secara vertical yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
imunisasi DPT
Imunisasi
DPT suatu kombinasi vaksin penangkal difteri, pertusis,dan tetanus. Imunisasi
DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan
tetanus.
1. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang
tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Difteri disebabkan oleh C. diphteriae,sering timbul di negara dengankeadaan
kesehatan lingkungan tidak baik; jarang timbul di negara-negara industri. Dalam tahun 1983 dilaporkan46.800kasusdi 160
negara, kira-kira10%diantaranya meninggal dunia. Penderita dapat
menulari orang lain melalui kontak perorangan setelah sakit selama 4
minggu atau lebih. Gejala meliputi demam, tak enak badan dan sakit tenggorokan. Basil difteri di tenggorokan
mengeluarkantoksin yang dapat
berakibat fatal bagi jantung dan susunan saraf. Imunisasi lengkap DPT
pada bayi di dunia, mencapai ± 47%.
2. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada
saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi
pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau
minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia,
kejang dan kerusakan otak. Pertusis
disebabkan oleh B. pertussis. Diperkirakan kasus pertusissejumlah 51
juta dengan kematian lebih dari 600;000 orang; namun hanya 1,1
juta penderita dilaporkan dari 163 negara dalam tahun 1983. Hampir 80%
anak-anak yang tidak diimunisasi menderita sakit pertusis sebelum umur 5
tahun. Kematiankarena pertusis, 50% terjadi
pada bayi (umur < 1 tahun). Pertusis ditularkan melalui kontak dari orang ke orang, dan penderita
dapat menularkan penyakitsejak timbulnya gejala awal. Masa inkubasi penyakit 6
– 12 hari. Gejala awal pertusis
menyerupai influensa, yakni pilek, bersin-bersin, batuk dan demam (stadiumcatarrhalis) kemudian diikuti stadium
spasmodic dan konvalesen.
3. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa
menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Tetanus neonatorum disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alatyang tak steril, atau menutupinya dengan
bahan-bahan seperti abu, lumpur sehingga
terinfeksi dengan bakteri tetanus. Kasus tetanus di dunia diperkirakan 30
mengenai 800.000 bayi yang baru lahir setiap tahun. Pada tahun 1983 dilaporkan10.000 tetanus neonatorum dari 74 negara. Hampir
100% bayi yang menderitatetanus neonatorum, meninggal dunia. Penyakit tetanus
ditandai dengan kejang-kejang yang berkembang ke seluruh tubuh. Saat ini hanya
± 14% ibu hamil didunia ini yang mendapatkan imunisasi TT dua dosis. Bayi yang
dilahirkan olehibu yang telah mendapatkan vaksinasi tetanus toxoid (IT)
pada waktu hamil, akanmendapatkan kekebalan selama 12 minggu dari sejak ia
dilahirkan.
B. Tujuan imunisasi DPT
1. Mencegah penyakit difteri
Difteri
adalah penyakit yang bermula dari infeksi pada hal ini terkadang nyaris tanpa
disertai radang tenggorokan yang menyebabkan saluran pernapasan tersumbat,
kerusakan jantung dan kematian. Serta bisa menyebabkan infeksi paru-paru dan
kerusakan otak .
2. Mencegah terjadinya pertusis
Penyakit
batuk biasanya banyak terjadi pada anak balita. Penyebab penyakit ini adalah
kuman Haemophylus pertusis. Kuman ini biasanya berada di saluran
pernafasan. Bila anak-anak dalam keadaan daya tahan tubuhnya melemah, maka
kuman tersebut mudah sekali menyerang dan menimbulkan penyakit. Penularannya
melalui cairan yang keluar dari hidung yang tersembur keluar waktu batuk atau
bersin. Perawatan dan pencegahan penyakit ini tidak terlalu sulit. Bila anak
tidak begitu menderita dan cuaca cukup baik, boleh ia dibawa keluar agar dapat
menghirup udara segar dan bersih. Makanan sebaiknya diberikan yang
ringan-ringan dan cukup bergizi. Pencegahan penyakit ini dengan imunisasi DPT .
3. Mencegah Tetanus
Tetanus
adalah manifestasi sistemik tetanus disebabkan oleh absorbsi eksotoksin sangat
kuat yang dilepaskan oleh clostridiumtetani pada masa pertumbuhan
aktif dalam tubuh manusia. Penyebab penyakit ini adalah clostridiumtetani
yang hidup anaerob, berbentuk spora selama di luar
tubuh manusia, tersebar luas di tanah dan mengeluarkan toksin bila dalam
kondisi baik. Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah,
merusak leukosit dan merupakan tetanosporasmin yaitu toksinyang
neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot.
C.
Waktu
Pemberian imunisasi DPT
Booster
pertama biasanya diberikan pada umur sekitar 2 sampai 11 bulan dan yang
selanjutnya diberikan pada usia sekitar 4-5 tahun (Alimul, 2003 :72). Imunisasi
dasar vaksin DPT diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3 kali (DPT I, II
dan III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulangan
diberikan satu tahun sejak imunisasi DPT III, kemudian saat masuk sekolah (5 –
6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Menurut program
dilanjutkan dengan TT dikelas 2 dan 3 SD.
D.
Cara Pemberian
imunisasi DPT
Imunisasi
DPT diberikan dengan cara injeksi intra muskuler (IM) pada paha sebanyak 0,5
ml. Pemberian dilakukan 3 kali dengan interval 4 minggu.
E.
Alat dan Bahan imunisasi DPT
1.
Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2.
Vaksin DPT dan pelarutnya dalam termos
es
3.
Kapas alkohol
4.
Sarung tangan
F.
Prosedur kerja imunisasi DPT
1.
Cuci tangan
2.
Gunakan sarung tangan
3.
Jelaskan kepada orang tua prosedur yang
akan dilakukan
4.
Ambil vaksin DPT dengan spuit sesuai
dengan program /anjuran, yaitu 0,5 ml
5.
Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya,
tangan kiri ibu merangkul bayi, meyangga kepala bahu, dan memegang sisi luar
tangan kiri bayi. Tangan kanan bayi melingkar ke belakang tubuh ibu dan tangan
kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat).
6.
Lakukan desinfeksi 1/3 area tengah paha
bagian luar yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol
7.
Regangkan daerah yang akan diinjeksi
8.
Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum
ke intramuskular di daerah femur
9.
Lepaskan sarung tangan
10.
Cuci tangan
11.
Catat reaksi yang terjadi
G.
Efek samping imunisasi DPT
1.
Panas
Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat
imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 – 2 hari. Anjurkan agar
jangan dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap dengan air
yang dicelupkan ke air hangat.
2.
Rasa sakit di daerah suntikan
Sebagian
anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.
3.
Peradangan
Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin
disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril
karena:
a.
Telah tersentuh,
b.
Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas
tempat yang tidak steril,
c.
Sterilisasi kurang lama,
d.
Pencemaran oleh kuman.
H. Kontraindikasi
imunisasi DPT
Imunisasi DPT
tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah, pernah menderita kejang
atau pada penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imunologik). Sakit batuk,
pilek, demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan kontraindikasi
yang mutlak. Dokter akan mempertimbangkan pemberian imunisasi, seandainya anak
anda sedang menderita sakit ringan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Imunisasi DPT suatu kombinasi vaksin penangkal
difteri, pertusis,dan tetanus. Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang
melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi
dasar vaksin DPT diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3 kali (DPT I, II
dan III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT diberikan
dengan cara injeksi intra muskuler (IM) pada paha sebanyak 0,5 ml. Pemberian
dilakukan 3 kali dengan interval 4 minggu. Efek
samping imunisasi DPT yaitu panas, rasa sakit di daerah suntikan, dan
peradangan.
B. SARAN
Agar
orang tua khususx para ibu ikut berperan serta dalam memberikan imunisasi
kepada anaknya dengan cara membawa anaknya mengikuti setiap imunisasi yang diadakan
diposyadu dan menjelaskan penting nya imunisasi dilakukan dengan tujuan
memberikan kekebalan dan mencegah suatu penyakit tertentu mulai dari imunisasi Hepatitis, BCG, DPT,
Polio dan Campak.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Hidayat,
aziz Alimul A. 2008. Buku Saku Praktikum Anak. Jakarta : EGC
2.
http://www.artikelkedokteran.com/540/pengertian-dasar-imunisasi.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2012
3.
http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2dpt.pdf.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2012
4.
http://www.bayisehat.com/immunization-mainmenu-36/357-imunisasi-pada-anak-i.html.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2012
5.
http://www.smallcrab.com/anak-anak/713-efek-samping-imunisasi.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar